20 Desember 2015

Dari Buku Kita Tahu




Banyak cara untuk berbagi pengetahuan. Salah satunya adalah melalui buku. Bahwa dengan buku kita beroleh hikmat, pengertian, pertimbangan, kecerdasan dan sekaligus juga menemukan cara-cara baru yang tepat guna bagi kehidupan keseharian kita, sehingga hasil akhirnya adalah kita bisa menjadi lebih bijaksana dan dengan begitu, kita menginspirasi lebih banyak orang untuk mengambil sikap (bijak) yang sama dan menemukan manfaat jangka panjangnya. Dengan satu catatan; hanya dari buku yang memberi kebaikan.

Jadi, sempatkan baca 1-2 buku sebelum Desember ini berakhir, dan jadikan beberapa poin penting yang didapat sebagai tekad kehendak atau revolusi di tahun baru. Salah satu yang sangat saya rekomendasikan dan yang juga sedang saya baca adalah:


The Miracle of Enzyme oleh Dr. Hiromi Shinya

Bumi yang kita tempati ini, menimbun begitu banyak hal untuk digali dan diteliti. Karena hanya di planet inilah kita hidup, bersama-sama dengan miliaran hewan dan tumbuhan. Jadi, apa kaitannya dengan buku ini? Sangat ada, dan sangat luar biasa keterhubungan antara manusia dengan keduanya! Saya, (dan Anda juga) akan dibuat tercengang-cengang dengan penelitian dan pengetahuan Dr. Hiromi tentang tubuh manusia dan bagaimana sistem di dalamnya bekerja menyerap sekaligus mengubah segala makanan berunsur hewani dan nabati yang masuk ke dalam tubuh kita, dan bagaimana enzim tubuh kita ternyata berperan dan bekerja sebagai ujung tombak kelangsungan (kesehatan) tubuh kita.


Susu
Salah satu yang sangat provokatif dan kontroversial adalah, bahwa menurut Dr. Hiromi, susu sapi dan semua produk dari susu ini, sama sekali tidak memberi manfaat apa-apa bagi tubuh kita! Dr. Hiromi menyebut, hanya ada satu susu yang dibenarkan untuk diminum oleh manusia, yakni susu manusia! Demikian juga halnya dengan susu sapi, hanya untuk anak sapi.

Untuk perkara susu, saya sudah melihat dan membuktikannya. Ibu saya, hanya mengenal susu ASI. Seumur hidupnya, beliau tidak pernah minum susu karena tidak doyan susu, dan makanan jenis apapun yang berbau susu. Tetapi mengherankan bahwa di usia lanjut, tulang-tulangnya masih kuat dan staminanya juga terjaga. Satu lagi, teman laki-laki saya, juga tidak minum susu (sebagai jalan pengobatan dan pencegahan penyakit bronkitis yang pernah diidapnya saat kecil). Alhasil, sampai dewasapun dia tidak mengonsumsi susu dan lidahnya menjadi tidak doyan semua panganan dari susu atau yang berbau susu. Tetapi mengherankan juga, tubuhnya tetap sehat, gempal, dan tidak memiliki keluhan penyakit.


Daging
Makan daging tidak akan memberi stamina. Ikan lebih baik ketimbang daging. Wah, ini lampu kuning bagi mereka yang suka makan daging. Penjelasannya, sangat menarik! Saya jadi ingat,  dulu sekali pada jaman pemerintahan Raja Nebukadnezar, kisah seorang abdi raja bernama Daniel dan tiga orang kawannya yang adu tanding body building dengan beberapa orang muda istana selama 10 hari. Daniel dan kawan-kawan hanya makan sayur dan air putih sebagai menu utama mereka, sementara orang-orang muda lainnya makan dari meja santapan raja yang notabene banyak jenis daging, kaldu, gulai, dan semua yang berlemak dan bikin ngiler. 

Hasilnya, perawakan Daniel dan teman-temannya jauh lebih gemuk padat berisi, berstamina dan sehat! Sekarang, saya mengerti, kenapa Yesus juga memilih ikan segar baru tangkapan, buah-buahan dan sayuran. Hah, pantes dia mengutuk pohon ara yang tidak memberinya buah saat dia lapar!


Usus besar kita
Masih banyak lagi hal mencengangkan lainnya yang dipaparkan Dr. Hiromi dari penelitiannya yang spektakuler dan revolusioner. Bahwa beliau juga merupakan ahli usus terkemuka di dunia yang telah meneliti lebih dari 300.000 usus manusia, khususnya  usus orang Amerika dan Jepang. Ternyata, pangkal berbagai macam penyakit (semua nama penyakit yang dapat disebut) bersumber di usus besar! Apa dan bagaimana kondisinya sampai bisa menentukan baik buruknya kesehatan kita, bahkan kehidupan seks pasutri, segera cari tahu di buku ini. Dr. Hiromi juga menjelaskan bagaimana sebetulnya (keadaan) demam justru sedang bekerja mempertahankan atau meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara yang selama ini kerap kita lakukan di saat demam adalah segera mencari dan minum obat pereda atau penghilang demam. Padahal yang sesungguhnya terjadi, obat-obatan justru meracuni tubuh. Jadi, bagaimana cara menangani sekaligus mencegah sakit? Jawabannya justru ada di dekat kita, di sekitar kita, dan di dalam kita sendiri! Di luar tubuh, itu bersumber dari alam ada berupa buah-buahan, sayuran (tumbuh-tumbuhan dan bebijian), serta air putih. Di dalam kita sendiri, tentu saja pikiran, kesediaan untuk berbagi, cinta, dan hati yang gembira. Ingat akan perkataan bijak bahwa manusia hidup bukan hanya dari roti saja? Nah, konsep itu mengambil bagian yang sangat penting bagi kesehatan dan kebahagiaan kita. 

Lantas, bagaimana posisi gula, kafein, (teh dan kopi) alkohol, dan zat-zat lainnya?
Hm, lagi-lagi, saya dibuat menemukan makna dari “...berilah kami pada hari ini, makanan kami yang secukupnya.


Secara teknis, buku ini memuat 300 halaman dengan jenis font yang menarik (tidak membuat mata lelah), layout yang asik dan menyegarkan, tata bahasa dan gaya tutur yang tidak kaku dan menyenangkan, dan tentu ini yang saya suka, quote penting yang ditulis dalam kotak dan ditebalkan sebagai bentuk penekanan atau poin penting yang dapat diingat oleh pembaca. Harga bukunya di bawah 100 ribu rupiah, ukurannya tidak terlalu besar dan tetap muat di tas berukuran sedang.
Selamat menjadi bijaksana dalam keputusan keseharian terutama yang menyangkut kesehatan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar