Logo.
Dunia pemasaran dan seni grafis pasti sangat akrab dengan pembuatan logo. Bentuk, ukuran, warna, penempatan, keunikan (ciri khas yang menjadi pembeda) serta fleksibilitas (dapat dikembangkan) merupakan elemen-elemen yang harus dipikirkan dan dibuat dalam pembuatan logo.
Dunia pemasaran dan seni grafis pasti sangat akrab dengan pembuatan logo. Bentuk, ukuran, warna, penempatan, keunikan (ciri khas yang menjadi pembeda) serta fleksibilitas (dapat dikembangkan) merupakan elemen-elemen yang harus dipikirkan dan dibuat dalam pembuatan logo.
Bicara tentang logo, bisa jadi soal makna memaknai
sangat bersifat subyektif. Termasuk soal cara saya memandang dua logo
perusahaan perbankan besar di tanah air.
Bank Mega
Logo Bank Mega.
"siap melahirkan hal besar dari sana" |
Logo ini menarik.
Bentuk huruf M dengan dua kakinya yang melebar, dan
warna terakota yang lebih kuat tepat di tengahnya, membuat imajinasi saya menari-nari
memaknai. Ah! OMG. Maaf, saya kok melihatnya jadi seperti paha atau
selangkangan perempuan yang sedang mengangkang, (siap melahirkan?). Dari jauh,
seperti gambar setetes darah terbalik pada bagian tengah. Ada lima warna di
logo tersebut dan warna terakota yang kuat, diletakkan di tengahnya tepat di
lengkungan yang menyerupai pantat.
Semoga, dari “jalur” itu terlahir ide-ide segar
dalam organisasinya yang membuatnya besar dan tangguh. Seperti namanya, MEGA.
Bank BNI
Dulu, logo BNI adalah gambar perahu dengan layar terkembang dan tiga ombak besar. Dalam perjalannya, BNI pernah menjadi “kapal besar” yang mengalami kebocoran namun tidak tenggelam karena segera ada langkah-langkah penyelamatan.
Kini, logonya yang terakhir adalah angka empat-enam
(46) yang diletakkan agak diagonal. Yang menarik buat saya, 46 (empat-enam)
adalah dua angka genap yang berarti “penuh”. Empat-enam (46) dimaknai penuh
karena baik sebagai angka tunggal, (masing-masing “4” dan “6”) tetap genap, dan
jika ditambahkan pun hasilnya genap (4+6). Saya suka yang genap-genap.
Saya teringat pengalaman ketika
saban kali mau naik angkot menuju daerah-daerah komplek perumahan atau perkampungan.
Kenek angkotnya, (yang kadang-kadang anak lelaki usia sekolah) sambil memukul
kaca jendela mobil dengan uang logam, berteriak-teriak: “ Empat enam, empat
enam, ya! Tolong digeser!” Itu maksudnya format bangku di kiri-kanan mobil angkot jumlah penumpangnya harus memenuhi kuota empat di baris kiri, enam di baris
kanan (hapal saya!). Setelah genap empat-enam, barulah angkot berjalan.
Semoga dari angka 46 itu, banyak tujuan mulia yang
digenapi, terutama untuk kesejahteraan rakyat di seluruh pelosok Nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar