15 Mei 2010

Kontrol Hati Bae Seung Hee..


Kemenangan Bae Seung Hee
gambar: google image























Sebetulnya, saya tidak terlalu menyukai menonton olahraga bulutangkis di televisi. Buat saya, itu pertandingan yang tidak menarik, meskipun saat kanak-kanak, saya sering bermain bulutangkis bersama teman-teman. Buat saya, bulutangkis tidak semenarik sepak bola (kesebelasan Eropa) atau bola basket. Mungkin karena pemainnya yang sedikit, dan ritme gerakannya yang monoton. Tetapi karena sore ini, adik saya penguasa tunggal remote teve di rumah, dan dia sangat suka bulutangkis, maka saya juga ikut-ikutan menonton pertandingan bulu tangkis di televisi. Yah, sekadar ingin tahu.. Maka saya menyaksikan kiprah Wang Ji Han dari China, dan Bae Suu Hee dari Korea Selatan, di Final Tunggal Putri, Uber Cup 2010, yang berlangsung di Malaysia.

Menariknya, saya memperhatikan hal detail yang mungkin tidak diperhatikan oleh komentator pertandingan sekalipun. Misalnya : betis Wang Ji Han yang indah. Kelihatan berisi, kuat tapi tidak terlalu berotot. Wajahnya juga lumayan. Sebaliknya, Bae Suu Hee, kelihatan lebih berotot, dan biasa saja. Nggak cantik, nggak jelek juga. Makin seksama saya perhatikan pertandingan tersebut, makin saya menangkap sesuatu yang berbeda dari kedua pemain. Dan, saya memetik pelajaran dari keduanya.

Di set pertama, pertandingan memang berlangsung sangat ketat. Terjadi kejar-kejaran angka antara kedua pemain. Wang memberi angka 21, sementara Bae 23. Melihat pertarungan yang begitu ketat, dan kedua pemain berpotensi untuk memenangkan pertandingan, pelatih Bae (disorot kamera) meneriakan sesuatu dari tempatnya duduk, sambil menunjuk-nunjuk dadanya sendiri, yang saya tangkap seakan-akan berkata “kontrol dengan hati, Bae! Kontrol dengan hati..!”

Ini dia! Tampaknya, teriakan itu menjadi pemicu yang mengubah ritme permainan Bae selanjutnya. Saya melihatnya begini :
Wang, sejak awal memang terlihat sangat gesit. Postur tubuhnya juga jauh lebih tinggi dari Bae. Spiritnya, seperti kebanyakan pemain bulu tangkis China, sangat kentara di lapangan. Namun, setiap kali Wang “memaksakan” spiritnya kepada Bae, Bae selalu meresponinya dengan spiritnya sendiri: ketenangan yang begitu rupa, tanpa harus membuatnya kehilangan kesempatan untuk mencetak angka. Bae memiliki ketenangan dan kesabaran yang mematikan kebringasan dan kegalakan lawan. 

Setiapkali Wang terlihat ngotot untuk menstransfer gaya permainannya kepada lawan, mengunci permainan lawan agar tetap dalam kendalinya, setiapkali itu pula Bae meng-counter balik dengan ritme-nya sendiri. Hasilnya, Wang jadi lebih sering melakukan kesalahan yang seharusnya tidak perlu terjadi, terlebih dia adalah pemain peringkat satu dunia. Hasil akhirnya adalah Bae unggul, dengan komposisi : 23-21, 11-7, dan 21-11.

“Kontrol dengan hati”
Kata kunci yang berlaku di setiap aspek kehidupan.

Penampilan Bae memang sangat sederhana, mimik wajahnya juga biasa saja, entah dia tegang, entah dia menang. Tapi kontrol hati dalam ritme permainannya, itu pasti berpengaruh besar di sepanjang pertandingan, yang menuntunnya kepada kemenangan. Selamat Bae!
Hanya sekadar catatan, para pejabat yang lagi sibuk bertanding banyak-banyakan duit, satu kata :

“Kontrol dengan hati, Pak! Kontrol dengan hati!”
(Rakyat berteriak Pak, sambil menunjuk-nunjuk dada. Tapi kalau hatinya sudah nggak bisa lagi jadi pusat kendali…yah cape deh…)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar