"bahkan sobekan hati yang terkecil sekalipun, dapat disatukan kembali.." gambar: http://shepherdssheep.files.wordpress.com |
Pilih mana, sakit gigi apa patah hati?
Woo..dua-duanya nggak enak. Sakit yang satu, bisa dihilangkan instang dengan antibiotik, tapi sakit yang satu butuh penyembuhan yang memakan waktu. Pelan, dan lama. Maklum, kan cuma Surga yang punya spare part hati.
Terasa sakit, karena hati kita memang dapat patah. Dan orang yang patah hati seringkali mengalami “kematian mendadak” dari sebuah hubungan. Ironi, untuk merasakan bagaimana indahnya jatuh cinta, kita harus siap juga untuk “jatuh” dari cinta (baca: patah hati). Dampak patah hati sangat beragam. Dari yang kelihatan sampai yang tidak kentara. Tapi yang pasti jiwa merana. Luka di dalam, meradang keluar. Bahkan, seringkali, gempuran pertanyaan “kenapa” yang berderet panjang tak ubahnya neraka yang menumpulkan pikiran. Tidak nafsu makan, tidak bergairah bersosialisasi, suka menyendiri, tertutup pemikiran sendiri dan memberi persepsi yang seragam untuk menyangkali. Malah kadang-kadang jadi memberi segel serupa kepada wanita dan pria; “ah, semua laki-laki sama aja,” atau “duh..wanita jaman sekarang, neko-neko semua”. Tapi, banyak juga yang punya cara sendiri untuk berdamai dengan hati. Salah satunya adalah, pergi ke luar negeri, tinggal di sana untuk melupakan semua, meskipun sisa-sisanya masih suka terbawa. Tapi toh, setiap orang punya cara, sepanjang itu dianggap baik bagi proses pemulihannya.
Mungkin, apa yang saya dan teman kerjakan, bisa menjadi salah satu cara untuk mengobati. Proyek Patah Hati ini benar-benar unik. Unik, karena sebetulnya dikerjakan oleh orang-orang yang baru sembuh dari patah hati, untuk orang yang (sedang) patah hati.
Waktu teman saya, Vivi, (yang baru saja berjabat tangan dengan cinta yang baru) meminta saya untuk ambil bagian dalam proyek ini, saya sempat ragu. Tapi anehnya, hati saya menanggapinya antusias. Padahal, di hari yang sama, saya sudah merencanakan untuk berkemah bersama teman-teman kantor. Tapi karena pada akhirnya batal, saya mengiyakan untuk turut mengerjakan Proyek Patah Hati ini.
Mewakili teman kami yang tak dapat hadir (sejak patah hati dia memutuskan untuk bekerja di luar negeri), Sabtu, 5 Maret 2011, di satu gedung perkantoran elite di bilangan Sudirman, kami “menyelinap” masuk ke resepsi pernikahan orang yang tak kami kenal, dengan satu misi: memotret semua hal yang ada di sana. Momen dan prosesi.
Tentu, itu semua kami lakukan dengan cara yang elegan. Mengenakan pakaian yang pantas, menulis buku tamu, dan memberikan persembahan kasih ke tempat angpao. Teman saya, Vivi, yang kebetulan fotografer tampil manis sambil menenteng kameranya, berpura-pura sebagai teman sang mempelai yang akan ikut mengabadikan momen mereka. Sementara saya bertugas untuk mengarahkannya memotret ini-itu, dan setiap hal yang menarik untuk diabadikan. Kami cukup tahu diri, karena kami sebetulnya kan, bukan bagian dari acara itu. Hanya orang asing yang nyelinap di pesta orang. Hehe. Maafkan..
Vivi memotret dan saya mengamati. Ah, menarik sekali proyek ini!
Vivi memotret dan saya mengamati. Ah, menarik sekali proyek ini!
Sementara Vivi berjalan kesana kemari, dari tempat saya berdiri, saya mengamati wajah mempelai pria yang membuat teman kami itu patah hati. Dan serta merta saya juga teringat sesuatu. Pada undangan cemen basa-basi yang pernah saya terima lewat SMS (!) beberapa bulan lalu: “Win, I am going to be merried, @Lumire. If you’d like to come, you are welcome.” Cuma itu, dan cuma begitu. Buumm! Itu pun pernah membuat saya mengalami “kematian mendadak”. Mungkin bukan karena si dia menikah dengan siapa, tetapi lebih kepada sikap pengecutnya yang tidak berani menatap mata saya, untuk membereskan sesuatu dan mengatakan dengan kematangan seorang pria, bahwa dia akan melangkah lebih dulu kepada kehidupan yang baru. (Ah, jadi curcol nih..) Dan sekarang, tempat di mana saya berdiri, justru telah menegaskan kesembuhan saya.
Akhirnya, setelah Vivi mendokumentasikan semua momen, dan kami juga ikut menikmati menu (dim sum-nya enak), meskipun nggak semuanya dicicipi, kami pun menyudahi proyek tersebut dan meninggalkan ruangan besar itu. (Rasanya ada sekitar 700 undangan yang hadir di sana).
Sambil menunggu lift, Vivi memperlihatkan hasil jepretan yang diambilnya, termasuk saat momen the wedding kiss. Vivi bertanya, “Yang ini perlu gue kirim juga nggak ya, ke dia? Apa nggak makin bikin dia patah hati nantinya?” Saya berpikir sejenak. “Kirim aja. Semuanya. Itu yang dia mau. Siapa tahu, dengan melihat foto-foto itu, dia jadi berjibaku untuk sembuh. Orang kan punya respon yang beda-beda. Lagian, semua tergantung sama keputusan dia, kan?”
Kami sama-sama belum tahu, dan belum mengerti, kenapa dia—teman kami itu―memilih cara ini untuk menyembuhkan diri. Bahkan dia sendiri yang memberi nama Proyek Patah Hati. Namun di atas semua itu, kami belajar bahwa orang-orang yang (pernah) patah hati dapat saling membesarkan hati dan menyembuhkan.
Jika memang jatuh cinta adalah idenya Tuhan, maka Dia juga takkan menampik dan membiarkan orang yang patah hati karena cinta. Cinta, memang harus tangguh. Harus kuat berdiri untuk menyambut lagi cinta yang baru bahkan dengan antusiasme yang selalu sama. Tapi, untuk bisa selalu begitu, cinta juga membutuhkan pengampunan. Karena hanya dalam pengampunan, damai sejahtera dapat ditemukan.
Jika memang jatuh cinta adalah idenya Tuhan, maka Dia juga takkan menampik dan membiarkan orang yang patah hati karena cinta. Cinta, memang harus tangguh. Harus kuat berdiri untuk menyambut lagi cinta yang baru bahkan dengan antusiasme yang selalu sama. Tapi, untuk bisa selalu begitu, cinta juga membutuhkan pengampunan. Karena hanya dalam pengampunan, damai sejahtera dapat ditemukan.
Buat teman kami, selamat sembuh ya, dear. Sesuatu hanya bisa melukai (lebih dalam) sebatas yang kita ijinkan.
SubuhSembuh 4.45 WIB
selamat sembuh juga ya win :)
BalasHapusRevisi Balasan
HapusMas Galih, terimakasih sudah mampir ke taman.
Sudah sembuh sekarang, hubungan memang selalu dapat memperkaya pengalaman batin kita. Life is good! :)
Salam,
Edenia Winny
frida: lucu banget proyek nya win.. semoga temanmu bs sembuh ya. waktu semoga bisa membantu menyembuhkan luka hati. kita sudah lama ga crita2 ya ttg kegiatan masing2. kalo gue sih loe dah tahu lah sibuk ngapain.hehehe
BalasHapusFrida, sempat juga ya mampir ke taman dan duduk-duduk di sini...Hehehe. Ya, itu emang jadi salah satu proyek unik yang kelar cuma dalam beberapa jam aja. Teman dalam cerita ini sudah sembuh, dan "perjalanan" itu membuatnya bisa tertawa! Senyum-senyum sendiri dia baca posting ini :) Well, life needs laughter my dear..
HapusThanks!
Edenia Winny