09 Maret 2015

American Sniper: Warna Khas Clint Eastwood




American Sniper
youtube.com




















Seperti kebanyakan film garapan Clint Eastwood lainnya; bernuansa gelap, dengan ujung yang klimaks dan bikin hanjakal pisan penonton terhadap akhir tokoh utamanya, American Sniper pun demikian. Sebut saja, Gran Torino (2008), J. Edgar (2011), dan banyak lagi film bernuansa kelabu arahannya. Kalau tidak gelap pada aspek cerita, pasti gelap pada teknik pencahayaan. Ciri khas Eastwood.

Film yang merajai box office dan termasuk film terbaik ini (saya menyebutnya film yang sangat disukai untuk ditonton) juga masuk nominasi Piala Oscar 2015 untuk banyak kategori (6 Kategori, termasuk Best Actor) dan menjadi pemenang pada kategori Best Sound Editing.

Film ini mengangkat kisah nyata dari seorang Navy SEAL Sniper, Christ Kyle yang dikenal sebagai legenda dalam kesatuannya, dengan latar perang melawan Al-Qaeda.

Hal lain yang saya suka dari film ini adalah karakter Kyle yang penuh determinasi (bertumbuh dengan sosok ayah yang utuh), tahu apa yang dia mau, tahu jalan menuju ke situ, berprinsip, berwatak keras, namun santun terhadap perempuan dan memperlakukannya sebagaimana seharusnya (amati kejadian dan dialog di bar). Kyle juga digambarkan sebagai orang yang peduli terhadap aspek rohani; baca Alkitab. Dan saya suka dengan gambaran Tuhan yang dia bawa ke pikirannya. Fair enough. Kepada dokter di RS veteran ia berujar: “Saya siap bertemu dengan Pencipta saya dan menjelaskan (mempertanggungjawabkan) setiap peluru yang saya lepaskan.” Ini keren menurut saya. Tuhan tidak digambarkan sebagai sosok yang saklek, yang hanya sebatas pada “ya” dan “tidak” namun (mungkin) terbuka juga terhadap argumentasi-argumentasi Kyle sebagai manusia yang bebas.

Saya memberikan poin 8.5 untuk film ini, karena emosinya yang hidup. Kita akan merasakan emosi di setiap peluru Kyle dan ikut berdegup tiapkali ia beraksi membidik sasarannya, menarik pelatuk, melepaskan peluru, dan bergulat dengan batinnya. Hebat akting Bradley Cooper!

Sepanjang 134 menit cerita, kita disuguhkan tentang perubahan dramatis Kyle dan betapa kewalahannya dia beradaptasi dengan dua lingkungan yang berbeda; di padang gurun, ia menemukan jati dirinya yang seutuhnya, penembak jitu yang sangat akurat dan disegani oleh kesatuannya maupun musuhnya, namun ketika memasuki dunia keseharian yang ditempati oleh kebanyakan orang, ia merasa bukan menjadi bagian dari “kehidupan” dan “lingkungan” itu sekalipun ia memiliki keluarga yang sangat mencintainya.

Terlepas dari anggapan bahwa film ini hanya merupakan propaganda Amerika semata terhadap isu sensitif perang, saya memandangnya berbeda. Bahwa kebaikan dan kejahatan di dunia ini tidak sesederhana yang sering kita pikirkan. Ada berbagai macam komplikasi dan alasan di baliknya yang terkadang sulit untuk dimengerti.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar