American Sniper youtube.com |
Seperti kebanyakan film garapan Clint Eastwood lainnya; bernuansa gelap, dengan ujung yang klimaks dan bikin hanjakal pisan penonton terhadap akhir tokoh utamanya, American Sniper pun demikian. Sebut saja, Gran Torino (2008), J. Edgar (2011), dan banyak lagi film bernuansa kelabu arahannya. Kalau tidak gelap pada aspek cerita, pasti gelap pada teknik pencahayaan. Ciri khas Eastwood.
Film yang merajai box office dan
termasuk film terbaik ini (saya menyebutnya film yang sangat disukai untuk
ditonton) juga masuk nominasi Piala Oscar 2015 untuk banyak kategori (6
Kategori, termasuk Best Actor) dan menjadi pemenang pada kategori Best Sound
Editing.
Film ini mengangkat kisah nyata
dari seorang Navy SEAL Sniper, Christ Kyle yang dikenal sebagai legenda dalam
kesatuannya, dengan latar perang melawan Al-Qaeda.
Hal lain yang saya suka dari film
ini adalah karakter Kyle yang penuh
determinasi (bertumbuh dengan sosok ayah yang utuh), tahu apa yang dia mau, tahu
jalan menuju ke situ, berprinsip, berwatak keras, namun santun terhadap perempuan
dan memperlakukannya sebagaimana seharusnya (amati kejadian dan dialog di bar).
Kyle juga digambarkan sebagai orang yang peduli terhadap aspek rohani; baca
Alkitab. Dan saya suka dengan gambaran Tuhan yang dia bawa ke pikirannya. Fair enough. Kepada dokter di RS veteran ia berujar: “Saya siap bertemu dengan Pencipta saya dan
menjelaskan (mempertanggungjawabkan) setiap peluru yang saya lepaskan.” Ini keren menurut saya. Tuhan tidak digambarkan sebagai sosok yang saklek, yang
hanya sebatas pada “ya” dan “tidak” namun (mungkin) terbuka juga terhadap
argumentasi-argumentasi Kyle sebagai manusia yang bebas.
Saya memberikan poin 8.5 untuk
film ini, karena emosinya yang hidup. Kita akan merasakan emosi di setiap peluru Kyle dan ikut berdegup tiapkali ia beraksi membidik sasarannya, menarik pelatuk, melepaskan peluru, dan bergulat dengan batinnya. Hebat akting Bradley Cooper!
Sepanjang 134 menit cerita, kita disuguhkan tentang perubahan dramatis Kyle dan betapa kewalahannya dia beradaptasi dengan dua lingkungan yang berbeda; di padang gurun, ia menemukan jati dirinya yang seutuhnya, penembak jitu yang sangat akurat dan disegani oleh kesatuannya maupun musuhnya, namun ketika memasuki dunia keseharian yang ditempati oleh kebanyakan orang, ia merasa bukan menjadi bagian dari “kehidupan” dan “lingkungan” itu sekalipun ia memiliki keluarga yang sangat mencintainya.
Sepanjang 134 menit cerita, kita disuguhkan tentang perubahan dramatis Kyle dan betapa kewalahannya dia beradaptasi dengan dua lingkungan yang berbeda; di padang gurun, ia menemukan jati dirinya yang seutuhnya, penembak jitu yang sangat akurat dan disegani oleh kesatuannya maupun musuhnya, namun ketika memasuki dunia keseharian yang ditempati oleh kebanyakan orang, ia merasa bukan menjadi bagian dari “kehidupan” dan “lingkungan” itu sekalipun ia memiliki keluarga yang sangat mencintainya.
Terlepas dari anggapan bahwa film ini
hanya merupakan propaganda Amerika semata terhadap isu sensitif perang, saya
memandangnya berbeda. Bahwa kebaikan dan kejahatan di dunia ini tidak
sesederhana yang sering kita pikirkan. Ada berbagai macam komplikasi dan alasan
di baliknya yang terkadang sulit untuk dimengerti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar