23 Januari 2013

Ketika Kebeliaannya Direnggut



Lukisan RI,  Kompas Minggu, 13 Januari 2013, hal. 12






















namanya ranum.
ia melukis semut dan ulat keket yang berhadapan muka
di bawah ranting yang belum kering
entah apa yang ia tulis tentang mereka

ia juga melukis burung-burung yang terbang,
di atas laut yang penuh ikan
rindu untuk kembali pulang
dalam naungan yang aman…

usianya masih sangat muda, ketika yang berharga darinya,
warna-warni belianya, dijajah..
oleh ayah yang tak lagi menjadi bingkai jiwa


sampai akhirnya semua tak lagi bernyawa
menyisakan luka menganga
yang tak memberi jawab kepada mengapa


seketika, semua ibu berduka
berkumpul di pusat kota
membawa api lilin dengan hati penuh air mata
berteriak dalam sunyi, berdarah-darah menjaga
agar pelita milik pusakanya tetap menyala

dan surga membuka telinga

sekejap, dunia orang dewasa membicarakannya
putih-hitam, abu-abu, kelakar dan marah mewarnai kisah tentangnya

dunia tak pernah sama,
sedikit ramah, apalagi indah
kepada anak-anak yang tak dianggap pusaka berharga bagi keluarga
semua berubah rimba
dan manusia menjadi pemangsa sesama

“tetaplah bercahaya, jangan padamkan pelitamu, nak”
menara pengawas bersuara





Tidak ada komentar:

Posting Komentar