Kisah-kisah bestseller Narnia ditulis oleh seorang sastrawan Inggris ternama, yaitu CS Lewis. Meskipun banyak bukunya yang ditujukan bagi anak-anak, namun kandungan materi di dalamnya bernilai tinggi dalam artian mendidik dan indah selain menghibur.
Kisah Narnia: The Voyage of the Dawn Treader, adalah kisah ketiga yang difilmkan. Sebelumnya Narnia: The Lion, The Witch and The Wardrobe dan Narnia: Prince Caspian. Bila diurutkan secara kronologis, kisah The Voyage of the Dawn Treader ini adalah buku yang kelima.
Di cerita ini, petualangan di laut dengan banyak peristiwa tidak biasa yang menjadi dongeng mengasyikan menjadi pembungkus ide cerita utama. Meskipun para pemain utama adalah kalangan anak-anak hingga remaja, namun kisah ini tidak kekanak-kanakan dan layak jadi tontonan semua usia.
Narnia, boleh dibilang kaya cerita. Kisah heroik, persahabatan dan cinta, yang juga menampilkan konflik antar sesama, dan kelemahan diri yang membuat manusia melakukan hal-hal buruk. Dan khusus dalam Narnia, masalah-masalah tersebut tidak diselesaikan dengan kepercayaan diri yang tinggi dan pengandalan diri sendiri saja, tapi juga dari kepercayaan dan kasih mendalam dari sang singa agung, Aslan. Anak-anak Pevensie tahu, bahwa dalam kesulitan yang sekeras apapun, Aslan akan menolong mereka dengan kekuasaannya yang tidak terbatas.
Namun semua pertolongan itu tidak diberikan dengan mudah. Di sinilah letak "inti" atau "kedalaman" cerita Narnia : menyajikan perjuangan yang bermakna.
Harus diakui, padatnya cerita yang harus disampaikan membuat detail cerita tidak menonjol dan kurang membuat ikatan batin yang pas antara penonton dengan para tokoh. Hal lain, meskipun berkisah tentang petualangan, jantung penonton tidak terpacu kencang atau penuh rasa penasaran.(Bandingkan dengan banyak orang yang menyukai Harry Potter dan dua sahabatnya). Namun, sekali lagi, cerita ini "padat" kebaikan. Bukan cuma perkara kebenaran melawan kejahatan, tapi bagaimana kepercayaan dan kasih kita kepada teman dan sahabat, perubahan karakter kita, harapan pada kuasa yang jauh lebih tinggi yang berada di luar kita, serta hidup yang tidak mementingkan diri sendiri.
Pada akhirnya, Narnia dengan Aslan di dalamnya, seperti mengajukan pertanyaan : hal pokok apa yang kita pegang dan kita percayai ketika kita menjalani kehidupan ini. Sementara, atau sesuatu yang sifatnya lebih utama dan abadi. (Ditulis oleh Hadi Saputra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar