Setelah satu urusan selesai, saya sempatkan mampir ke Giant Kalibata. Ngga banyak sih, barang yang akan saya beli. Cuma mau beli vaselin dan buah anggur. Tapi sampai di sana, tertarik juga untuk mencomot Enervon C. Saya sempat memperhatikan harga yang tertera pada rak, untuk semua barang-barang yang ada di tangan saya (rasanya, ini sudah jadi kebiasaan).
Setelah ngantri sebentar, akhirnya sampai juga saya di kasir. Saya perhatikan satu persatu harga barang yang sudah masuk di mesin penghitungan dan tampil di layar. Giliran Enervon C yang akan dimasukan, di layar terlihat 25 ribu sekian... karena seingat saya harga yang tercetak di rak 23 ribu sekian, saya mencoba memastikan " mas, harga dirak kok saya lihat 23 ribu ya?" Pelayan kasir langsung menghentikan perhitungan dan melakukan cek. "Ow iya, mbak, bener 23 ribu." Singkat cerita, karena tampaknya harga yang sudah masuk di komputer kasir tidak bisa lagi diriset, saya tetap harus membayar sebesar nilai yang sudah dihitung tadi. Selisihnya dibayar di deposit box (istilah yang dipakai oleh pelayan kasir, mungkin maksudnya ruang komplen, yang berjajar dengan ruang penitipan barang). Setelah membuang 1 sampai 2 menit untuk mengurus sedikit administrasi, menandatangani bukti pembayaran, saya menerima selisih 2000 rupiah atas ketidaksesuaian harga yang tertera di rak dengan harga di kasir tadi.
Wah, bayangkan, jika setiap harinya, ada ratusan pengunjung yang melakukan transaksi, tetapi ngga terlalu ngeh, teliti, apalagi cermat memperhatikan harga di rak dengan harga di kasir. Dengan kata lain, mengabaikan hal-hal remeh semacam itu. Berapa besar nilai (rupiah) yang didapat si swalayan dari selisih harga? Hm, kesannya kok memanfaatkan "kelalaian" si pembeli. Konotasinya jadi negatif deh alias "menipu" (halus banget).
Yah, ngga jadi soal sih, kalau Anda rela dan menganggap itu cuma soal sepele dan anggap saja sebagai biaya tambahan untuk membayar kenyamanan berbelanja di supermaket (swa-layan = melayani sendiri) : AC, tanpa tawar menawar yang ribet, ngga becek-becek kayak di pasar tradisional.. Tapi siang itu, itulah yang saya lakukan. Itung-itung sebagai biaya kenyamanan dan soal harga yang berbeda antara di rak dengan di kasir, hm, buat saya dua hal yang berbeda. Bagaimana kalau barang yang Anda beli banyak jumlahnya? Bisa-bisa ngga cuma selisih 2000 perak. Saya sih cuma mengingatkan, teliti sebelum membeli, itu penting. Ini peringatan yang berlaku seumur hidup saat bertransaksi (jual-beli), di manapun itu.
Alih-alih soal selisih harga, saya pernah punya pengalaman yang sama juga waktu berbelanja di Carrefour, juga di mini market dekat rumah (yang ini, selang dalam waktu 1-2 tahun, suatu malam, mini market ini disantroni maling, dan merugi sekian puluh juta). Hehehe, mungkin cuma saya doank yang ngeh, tapi "Ada" yang lebih ngeh loh, dan ngga rela orang banyak dirugikan...
Kejujuran harus menjadi salah satu karakter bisnis
yup, betul banget Win.. Saya juga pernah ngalamin hal yang sama. Sama satu lagi, paling sebel kalo dikasih kembalian recehan. Makanya lebih ska bayar pake kartu aja. Heehe... Kejujuran emang dimulai dari hal2 kecil ya Win :)
BalasHapussimply _fridz, thanks dah mampir ya:) tau dr mana blog taman edenia?
BalasHapussaya jarang pake kartu...hehehe
soalnya jarang belanja dlm jumlah besar :P iyah,kejujuran dimulai dr hal kecil..
win, segitu telitinya ya....:)
BalasHapus